Jumat, 18 Mei 2012

MENGGAYAKAN PESAN

PENDAHULUAN
Menggayakan pesan artinya mengolah bahasa demi terciptanya gaya dalam upaya menjelaskan isi pesan demi tercapainya efektivitas komunikasi. Menggayakan pesan bermanfaat untuk: memperoleh perhatian yang lebih besar, mempertinggi pengertian atau pemahaman, membantu pengingatan, dan meningkatkan daya tarik persuasif. Namun, dalam menggayakan pesan terlebih dahulu harus memerhatikan faktor-faktornya diantaranya penggunaan bahasa yang efektif dan efisien. Berkomunikasi dengan jelas dan akurat tidaklah mudah. Untuk itu bila kata-kata yang tepat “cocok diucapkan” tetapi tidak mudah dipahami, maka penggunaan bahasa yang efektif akan mempermudah keberhasilan pembuatan presentasi bisnis. Dalam kelompok kami ini, berikut akan menyampaikan faktor-faktor dan karakteristik-karakteristik apa saja yang perlu ada untuk menggayakan pesan.


PEMBAHASAN
Kelebihan Menggunakan Bahasa Yang Disampaikan
Gaya bahasa merupakan suatu faktor terpenting dalam presentasi. Tentu saja gaya tidak dapan menggantikan isi pesan. Seluruh komponen suatu pesan adalah penting, tetapi gagasan-gagasan lebih penting daripada apa-apa (pelengkap) yang membungkus pesan tersebut. Berusaha menemukan bahasa yang melengkapi pesan tetapi tidak memperlakukannya secara kasar atau mengalihkan perhatian dari bahasa tersebut. Berikut ini merupakan gaya bahasa yang dapat memberikan beberapa kontribusi positif bagi efektivitas sebagai seorang penyaji.
1.    Suatu pesan yang digayakan dapat memperoleh perhatian yang lebih besar. Pada dasarnya, pesan yang benar-benar digayakan menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa. Oleh karena itu, unsur-unsur kejutan dan kebaruan selalu merupakan unsur-unsur gaya (Jordan, Flanagan, dan Wineinger, 1975) Pesan yang digayakan dapat menarik dan mempertahankan minat khalayak.
2.    Pesan yang digayakan dapat mempertinggi pengertian atau pemahaman pesan (Mazza, Jordan, dan Carpenter, 1972). Penggunaan metafora atau tamsil dapat mempermudah pemahaman pesan. Gagasan yang rumit mungkin dapat disampaikan dengan lebih jelas melalui bahasa kiasan.
3.    Pesan yang digayakan dapat mrmbantu pengingatan suatu pesan (Jordan, Flanagan, dan Wineinger). Penggunaan berbagai pola sintaksis atau kata kiasan dapat membantu khalayak mengingat unsur penting dari pesan. Pemasangan iklan menggunakan slogan dan sesuatu yang baru untuk memudahkan pengingatan pesan-pesan mereka.
4.    Pesan yang digayakan dapat meningkatkan daya tarik persuasif suatu pesan (Siltanen, 1981; Reinch, 1971; Bowers dan Osborn, 1966). Apabila perhatian diperoleh dan dipertahankan, khalayak mungkin lebih memahami dan menguasai pesan.
Oleh karena itu, perhatian, pengertian, pengingatan, dan motivasi ucapan merupakan tambahan penting dalam penggabungan prinsip-prinsip gaya bahasa.
Gaya Lisan dan Gaya Tulisan
Pada saat membicarakan gaya, kita cenderung berpikir mengenai pakaian dan asesoris pakaian sehingga tampak terlihat menjadi orang yang unik. Sebagaimana orang yang sadar berbusana, seorang penyaji (komunikator) harus memiliki gaya penarik perhatian yang mengesankan. Hal ini terutama dicapai dalam penggunaan bahasa yang jelas, lugas, dan tepat. Disamping itu, harus dapat menggayakan bahasa komunikator dengan menggunakan kata-kata dan frase yang menyimpang dari kaidah-kaidah. Ada perbedaan prinsip gaya antara komunikasi lisan dan komunikasi tulisan, yaitu gaya tulisan lebih formal dalam struktur dan isi dibandingkan komunikasi lisan, gaya lisan lebih berulang-ulang, dan gaya lisan lebih personal. Perbedaan antara gaya lisan dan gaya tulisan adalah tingkatan.
Gaya Lisan  adalah kurang formal. Bahasa tulisan lebih formal dalam struktur dan isi dibandingkan dengan komunikasi lisan. Pada gaya tulisan, kalimat biasanya lebih panjang dan lebih rumit. Kata-kata pun mungkin terdiri atas beberapa suku kata. Sebaliknya, komunikasi lisan ditandai dengan kalimat-kalimat yang lebih pendek, dan kata-kata lebih sederhana.
Gaya Lisan lebih berulang-ulang. Para pembicara (komunikator) membuat pengulangan meyakinkan bahwa para penyimak mengikuti dan memahami pesan. Ingatlah bahwa sebagian besar orang dapat menyimak secara efisien sekitar 25% (Nicholas dan Stevens, 1957, hal.9).
Gaya Lisan lebih personal. Kepribadian pembicara (komunikator), peristiwa, subjek, dan khalayak mempengaruhi gaya bahasa. Bagaimanapun, gaya lisan umumnya bersifat lebih tidak formal, berulang-ulang, dan lebih pribadi dibandingkan dengan komunikasi tertulis.
Sifat Bahasa
Hakekat bahasa sama pengertiannya dengan ciri atau sifat hakiki terhadap bahasa. Chaer (1994:33) mengemukakan hakekat bahasa itu di antaranya adalah sebagai berikut.
•    Bahasa sebagai sistem.
Kata sistem dalam keilmuan dapat dipahami sebagai susunan yang teratur, berpola, membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa bahasa memiliki sifat yang teratur, berpola, memiliki makna dan fungsi. Sistematis diartikan pula bahwa bahasa itu tersusun menurut suatu pola, tidak tersusun acak. Karenanya, sebagai sebuah sitem, bahasa juga sistemik. Sistematik atau sistematis maksudnya bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tetapi juga terdiri atas sub-subsistem atau sistem bawahan. Di sini dapat disebutkan subsistem-subsistem itu antara lain; subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis, subsistem semantik. Maka, sebagai sebuah sistem, bahasa berfungsi untuk memilah kajian morfologi, fonologi, sintaksi, dan semantik.
•    Bahasa itu berwujud lambang
Ungkapan lambang tentu sudah sering kita dengar, semisal ungkapan “merah lambang berani dan putih lambang suci”. Dalam bidang ilmu, istilah lambang berada dalam kajian semiotika atau semiologi. Bahasa sebagai lambang, di dalamnya ada tanda, sinyal, gejala, gerak isyarat, kode, indeks, dan ikon. Lambang sendiri sering disamakan dengan simbol. Dengan demikian, bahasa sebagai lambang artinya memiliki simbol untuk menyampaikan pesan kepada lawan tutur. Ia berfungsi untuk menegaskan bahasa yang hendak disampaikan.
•    Bahasa itu adalah bunyi
Kata bunyi berbeda dengan kata suara. Menurut Kridaklaksana (1983:27) bunyi adalah pesan dari pusat saraf sebagai akibat dari gendang telinga yang bereaksi karena perubahan-perubahan dalam tekanan udara. Karena itu, banyak ahli menyatakan bahwa yang disebut bahasa itu adalah yang sifatnya primer, dapat diucapkan dan menghasilkan bunyi. Dengan demikian, bahasa tulis adalah bahasa skunder yang sifatnya berupa rekaman dari bahasa lisan, yang apabila dibacakan/dilafalkan tetap melahirkan bunyi juga. Sebagai bunyi, bahasa berfungsi untuk menyampaikan pesan lambang dari kebahasaan sebagaimana disebutkan di atas bahwa bahasa juga bersifat lambang.
•    Bahasa itu bermakna
Bahasa sebagai suatu hal yang bermakna erat kaitannya dengan sistem lambang bunyi. Oleh sebab bahasa itu dilambangkan dengan suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau suatu pikiran, yang hendak disampaikan melalui wujud bunyi tersebut, maka bahasa itu dapat dikatakan memiliki makna. Lambang bunyi bahasa yang bermakna itu, dalam bahasa berupa satuan-satuan bahasa yang berwujud morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana.
•    Bahasa itu arbitrer
Arbitrer dapat diartikan ‘sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka’. Arbitrer diartikan pula dengan tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut. Hal ini berfungsi untuk memudahkan orang dalam melakukan tindakan kebahasaan.
•    Bahasa itu unik
Bahasa dikatakan memiliki sifat yang unik karena setiap bahasa memiliki ciri khas sendiri yang dimungkinkan tidak dimiliki oleh bahasa yang lain. Ciri khas ini menyangkut sistem bunyi, sistem pembentukan kata, sistem pembentukan kalimat dan sistem-sistem lainnya. Di antara keunikan yang dimiliki bahasa bahwa tekanan kata bersifat morfemis, melainkan sintaksis. Bahasa bersifat unik berfungsi untuk membedakan antara bahasa yang satu dengan lainnya.
•    Bahasa itu universal
Selain unik dengan ciri-ciri khas tersendiri, setiap bahasa juga dimungkinkan memiliki ciri yang sama untuk beberapa kategori. Hal ini bisa dilihat pada fungsi dan beberapa sifat bahasa. Karena bahasa itu bersifta ujaran, ciri yang paling umum dimiliki oleh setiap bahasa itu adalah memiliki vokal dan konsonan. Namun, beberapa vokal dan konsonan pada setiap bahasa tidak selamanya menjadi persoalan keunikan. Bahasa Indonesia misalnya, memiliki 6 buah vokal dan 22 konsonan, tetapi bahasa Arab memiliki 3 buah vokal pendek, 3 buah vokal panjang, serta 28 konsonan (Al-Khuli, 1982:321). Oleh sifatnya yang universal ini, bahasa memiliki fungsi yang sangat umum dan menyeluruh dalam tindakan komunikasi.
•    Bahasa itu manusiawi
Bahasa yang manusiawi adalah bahasa yang lahir alami oleh manusia penutur bahasa dimaksud. Hal ini karena pada binatang belum tentu ada bahasa meskipun binatang dapat berkomunikasi. Sifat ini memiliki fungsi sebagai citra bahasa adalah sangat baik dalam komunikasi.
•    Bahasa itu bervariasi
Setiap masyarakat bahasa pasti memiliki variasi atau ragam dalam bertutur. Bahasa Aceh misalnya, antara penutur bahasa Aceh bagi masyarakat Aceh Barat dengan masyarakat Aceh di Aceh Utara memiliki variasi. Variasi bahasa dapat terjadi secara idiolek, dialek, kronolek, sosiolek, dan fungsiolek.
•    Bahasa itu dinamis
Hampir di setiap tindakan manusia selalu menggunakan bahasa. Bahkan, dalam bermimpi pun, manusia menggunakan bahasa. Karena setiap tindakan manusia sering berubah-ubah seiring perubahan zaman yang diikuti oleh perubahan pola pikir manusia, bahasa yang digunakan pun kerap memiliki perubahan. Inilah yang dimaksud dengan dinamis. Dengan kata lain, bahasa tidak statis, tetapi akan terus berubah mengikuti kebutuhan dan tuntutan pemakai bahasa.
•    Bahasa sebagai alat interakasi sosial
Bahasa sebagai alat interaksi sosial sangat jelas fungsinya, yakni dalam interaksi, manusia memang tidak dapat terlepas dari bahasa. Seperti dijelaskan di atas, hampir di setiap tindakan manusia tidak terlepas dari bahasa, maka salah satu hakekat bahasa adalah alat komunikasi dalam bergaul sehari-hari.
•    Bahasa sebagai identitas diri
Bahasa juga dapat menjadi identitas diri pengguna bahasa tersebut. Hal ini disebabkan bahasa juga menjadi cerminan dari sikap seseorang dalam berinteraksi. Sebagai identitas diri, bahasa akan menjadi penunjuk karakter pemakai bahasa tersebut.
Sementara itu, Brown dan Yule (1996:1) berpendapat bahwa bahasa itu dapat berfungsi sebagai pengungkapan isi yang dideskripsikan menjadi fungsi transaksisional dan sebagai pengungkapan hubungan sosial dan sikap-sikap pribadi yang dideskripsikannya menjadi fungsi interaksional.
Ada dua belas prinsip yang dapat digunakan untuk memaksimalkan bahasa, yaitu: (1) Memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu, (2) Menggunakan kata-kata pendek dan menghindari kata-kata yang panjang, (3) Menggunakan kata-kata yang konkret, (4) Menggunakan kata-kata secara ekonomis, (5) Menggunakan kata-kata positif, (6) Menghindari jargon yang sudah usang, (7) Menggunakan gaya percakapan, (8) Menyusun kalimat secara ringkas, (9) Mengutamakan kalimat aktif, (10) Mampu mengembangkan paragraf secara efektif, (11) Mengembangkan koherensi, dan (12) Berusaha untuk mengedit dan menulis ulang hasil penulisan.
Menggunakan Bahasa Secara Efektif
    Sebagai seorang penyaji (komunikator), dituntut untuk menggunakan bahasa yang efektif untuk mempermudah pemahaman khalayak (komunikan) mengenai apa yang dipresentasikan oleh komunikator. Menggunakan bahasa yang efektif itu harus jelas, lugas, dan tepat.
Kejelasan
Eisenberg menjelaskan bahwa kejelasan dalam pengiriman pesan merupakan rangkaian kesatuan.
Kejelasan (dan sebaliknya, kedwiartian).... timbul melalui kombinasi faktor sumber, pesan, dan penerima. Kejelasan akan muncul sampai tingkat kondisi-kondisi berikut ini terpenuhi: (1) seorang individu memiliki sebuah gagasan; (2) ia menyandikan gagasan kedalam bahasa; dan (3) penerima memahami pesan seperti yang dimaksud oleh sumber. Agar gagasan tersebut diterima secara jelas, para individu  harus memperhitungkan konteks interpretatif yang memungkinkan yang dapat diambil penerima untuk berhubungan dengan pesan dan berusaha mempersempit interpretasi yang memungkinkan. Kejelasan merupakan rangkaian kesatuan yang mencerminkan tingkat yang sumbernya telah menyempitkan interpretasi pesan yang memungkinkan dan berhasil mencapai persesuaian antara maksud pembicara dan interpretasi penerima (Eisenberg, 1984. Hal. 229-290).
    Inti penggunaan bahasa yang jelas adalah memilih kata-kata yang dapat memperkecil kedwiartian. Untuk menghindari hal tersebut, diperlukan langkah-langkah sebgai berikut:
Menggunakan kata-kata yang lazim. Jika kata-kata tidak dikenal oleh khalayak, maka pesan tidak akan jelas. Menggunakan kata-kata konkret. Untuk kejelasan, sebagai komunikator seharusnya cenderung menghindari penggunaan bahasa yang mengandung kedwiartian, yang berarti ganda dan samar-samar jika bahasa menawarkan dua atau lebih makna interpretasi kepada penyimak. Bahasa yang konkret memiliki arti khusus atau lebih terbatas. Memberikan petunjuk. Pemberian petunjuk dimaksudkan untuk menjelaskan gaya komunikator dengan tujuan mempermudah penyimak mengikuti apa yang dipikirkan komunikator. Sebagai penyaji yang jelas, tentu dapat menunjukkan kemana mereka pergi.
Kelugasan
    Gaya yang baik itu harus cenderung harus hidup dan lugas. Bahasa yang lugas dapat menarik kepada rasa dan membuat kesan yang tidak terlupakan; hai ini membantu komunikator (penyaji) melihat, mendengar, menyentuh, merasa, dan mencium kesan-kesan dan gagasan-gagasan. Pandangan yang lugas dan perumpamaan rasa yang tepat juga disatukan secara cermat. Pola bahasa yang lugas juga dapat ditingkatkan melalui penggunaan kata kiasan dan perangkat sintaksis.
Ketepatan
    Gaya yang tepat menggunakan bahasa yang disesuaikan dengan pengambilan keputusan dan kesempatan khusus untuk presentasi. Membahas ketepatan tanpa membahas kejelasan dan kelugasan merupakan hal yang sulit. Bahasa yang lugas dan jelas mungkin masih belum tepat jika bahasa mengganggu rasa atau perasaan penyimak. Misalnya, bahasa slang dan bahasa kasar pada umumnya harus dihindari dalam presentasi. Bahasa itu mungkin ekspresif, tetapi mungkin tidak mendatangkan tanggapan positif dari khalayak.
    Bahasa yang tepat juga membentuk hubungan pribadi yang langsung dengan khalayak. Menggunakan kata-kata seperti saya, kami, kepunyaan saya, kepunyaan anda, dan kepunyaan kita sesering mungkin dalam gaya presentasi. Kemudian pendekatan seperti itu akan lebih tepat jika komunikator (penyaji) langsung menambahkan dengan sentuhan humor menurut selera penyimak tertentu dalam pernyataan presentasinya.

Menggunakan Bahasa Secara Efektif
Tujuan                                       Kiat
Supaya bahasa lugas              •    Menggunakan kata-kata yang lazim
                                             •    Menggunakan kata-kata konkret
                                             •    Menggunakan pemberian petunjuk
Supaya bahasa tepat              •    Menggunakan kata-kata yang menyentuh perasaan penyimak
Supaya bahasa jelas               •    Menghindarkan kata-kata yang bercita rasa buruk
                                             •    Menggunakan kata-kata menurut selera tertentu
                                             •    Menggunakan kata-kata langsung

Kiat Bahasa
Dalam menggayakan pesan seorang penyaji (komunikator) diwajibkan untuk dapat mengatur pola-pola kalimat atau frase dan menggunakan kiasan yang menarik. Untuk pengaturan pola kalimat dapat digunakan teknik-teknik omisi, inversi, suspensi, antitesis, paralelisme, repetisi, dan alitersi. Sedangkan untuk menggunakan kiasan dapat dilakukan dengan cara metafora, tamsil, dan personifikasi.
Pola-pola Kalimat
Omisi.
Omisi berarti hanya menggunakan kata-kata atau frase-frase inti. Melalui penggunaan pola omisi (penghilangan) berarti mempersingkat bahasa hingga ke “intinya”. Para pemasang iklan merupakan orang yang ahli dalam omisi. Iklan televisi biasanya meliputi musik latar yang melengkapi pesan.


Inversi.
Teknik lain adalah inversi (membalikkan) atau memutarbalikkan susunan kata normal dari suatu frase atau kalimat. Sebagian besar kalimat yang sering digunakan adalah deklaratif, jadi satu cara untuk menggunakan kalimat inversi secara efektif adalah dengan mengajukan pertanyaan. Pertanyaan retoris mengandung jawabannya sendiri. Pada suatu presentasi, pembicara mungkin menajukan pertanyaan retoris atau pertanyaan yang dirancang untuk melibatkan pengambilan keputusan.

Suspensi.
Teknik ini akan memunculkan kata kunci di belakangan. Pada sebagian besar lelucon dan cerita, “semboyan” ditahan atau ditunda sampai akhir cerita. Hal ini akan menciptakan ketegangan dan mempertahankan perhatian penyimak. Sehingga pesan yang digayakan seperti ini akan mengesankan penyimak.
Antitesis.
Kata antitesis berarti “kebalikan. Sebuah struktur kalimat yang menggunakan pola antitesis akan menyeimbangkan dua frase yang berlawanan untuk mempertinggi perbedaan frase bagi penyimak. Kalimat sering menggunakan struktur paralel. Misalnya :
Suatu hal yang baik menjadi orang penting.
Tetapi lebih penting menjadi orang yang baik.
Penggunaan antitesis tidak terbatas pada kelompok tertentu manapun. Antitesis digunakan oleh pemasang iklan, politikus, pemimpin agama, dan orang-orang bisnis yang menginginkan presentasinya memiliki daya tarik yang dramatis.
Repetisi.
Sebagai seorang penyaji (komunikator) cenderung menggunakan repetisi (pengulangan) dalam menyampaikan pesannya kepada penyimak (komunikan). Hal ini bertujuan untuk memberikan tekanan dengan menggunakan kata kunci atau frase yang sama berulang-ulang. Sehingga pesan yang disampaikan terlihat mengesankan bagi penyimak (komunikan).
Paralelisme.
Parelelisme merupakan perangkat ilmu gaya bahasa yang menggunakan kata atau akar kata yang sama untuk memulai beberapa kalimat atau frase. Paralelisme sebagaimana repetisi, membubuhkan atau menegaskan  kata-kata kunci, akan tetapi kata-kata kunci atau frase kunci itu diletakan pada awal kalimat ataupun pada awal pemikiran baru.
Aliterasi.
Aliterasi menggunakan bunyi (biasanya konsonan awal) yang sama dalam dua atau lebih kata atau suku kata yang berdekatan untuk menimbulkan efek yang menyolok atau tidak umum.
Kiasan
    Kiasan menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa melalui penggunaan kata-kata dengan cara yang tidak biasa. Kiasan bertindak sebagai alat untuk mencapai pengaruh saat menyampaikan gagasan-gagasan kepada pengambil keputusan. Kiasan meliputi metafora, tamsil, dan personifikasi.
Metafora.
    Metafora digunakan untuk membuat perbandingan tersirat. Pada umumnya digunakan dalam suatu kata untuk menyampaikan suatu arti yang biasanya tidak dipergunakan oleh kata tersebut.
Tamsil.
    Seperti metafora, tamsil mengambil perbandingan. Tamsil lebih jelas dibandingkan metafora, hal ini ditandai dengan kata-kata seperti atau bagaikan, misalnya:
    Dia memiliki gigi seperti binatang.
Dia selicik serigala.
Kantornya bagaikan kebun binatang.
Bila digunakan dengan hemat, tamsil dapat “membumbui” presentasi untuk membuat presentasi lebih lugas dan menarik.
Personifikasi.
    Personifikasi menghubungkan kualitas manusia dengan benda-benda mati. Seperti metafora atau tamsil, jika digunakan secara hemat dan cakap. Personifikasi akan membantu dalam pencapaian kesan yang langgeng. Akan tetapi jika digunakan secara berlebihan, personifikasi akan menjadi hambar dan sulit.


KESIMPULAN
Dalam komunikasi, menggayakan pesan merupakan aspek yang penting, karena dapat " membungkus" pesan menjadi lebih menarik dan enak di "konsumsi". Beberapa keuntungan jika pesan digayakan antara lain: (1) Pesan yang digayakan dapat memperoleh perhatian sasaran yang lebih besar (Jordan, Flanagan, dan Wineinger, 1975). Pesan yang digayakan dapat menarik dan mempertahankan minat sasaran (Curtis, Floyd, Winsor, 1992). (2) Pesan yang digayakan dapat mempertinggi pengertian atau pemahaman pesan (Mazza, Jordan, dan Carpenter, 1972). (3) Pesan yang digayakan dapat membantu pengingatan suatu pesan (Jordan, Flanagan, dan Wineinger, 1975). (4) Pesan yang digayakan dapat meningkatkan daya tarik persuasif suatu pesan (Siltanen, 1981; Reinsch, 1971; Bowers dan Osborn, 1966). Apabila perhatian diperoleh dan dipertahankan, sasaran mungkin lebih memahami dan menguasai pesan.Seorang komunikator harus memiliki gaya perolehan perhatian yang mengesankan. Hal itu dapat diperoleh dengan cara penggunaan bahasa yang jelas, lugas, dan tepat.
Selain itu, bahasa yang digunakan dapat digayakan dengan menggunakan kata-kata
dan frase yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa. Dua diantara yang sering di jumpai sehari-hari dalam menggayakan bahasa adalah menyusun kembali susunan kata, dan menggunakan kata-kata yang berbeda (Curtis, Floyd, Winsor, 1992). Beberapa ciri gaya lisan adalah : (a) Gaya lisan ditandai dengan kalimat-kalimat yang pendek, lebih sedikit kalimat kompleks, dan kata-katanya lebih sederhana. Gaya lisan menggunakan lebih banyak singkatan dan frase bahasa daerah dibanding kan dengan gaya tulisan; (b) Gaya lisan lebih bersifat berulang-ulang, lebih pleonastis dan tepat. Para komunikator cenderung membuat pengulangan untuk meyaki nkan bahwa sasarannya mengikuti dan memahami pesan yang disampaikannya. Dalam gaya lisan, pleonasme merupakan hal yang penting, terutama pada saat mengungkapkan gagasan-gagasan yang rumit dan kompleks. Menyatakan pikiran, menyatakan kembali pikiran tersebut, memberikan contoh, serta meringkaskan gagasan, merupakan aspek-aspek yang penting. (c) Dalam gaya lisan dipengaruhi oleh aspek-aspek kepribadian pembicara, peristiwa, subjek, dan khalayak sasaran. Persoalan pokok dalam komunikasi adalah bagaimana komunikator menggunakan kata-kata untuk menyampaikan arti-arti yang terkandung di dalam pesan, sedemikian rupa sehingga apa yang dimaksudkan komunikator, diterima sasaran seperti yang dimaksudkannya.


Sumber
Komunikasi Bisnis dan Profesional.
Perencanaan Pesan dan Media.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar